Itinerary 3 hari 2 malam di Singapura


Sebelum berangkat menuju Singapura, tentu saja saya membuat itinerary alias rencana perjalanan yang berisi target-target tempat wisata yang harus dikunjungi. Itinerary ini berfungsi sebagai pedoman dan untuk mencocokkan dengan budget yang kami miliki.

Itinerary di Singapura versi Untaritravelnotes

Hari Pertama, 14 Juli 2024
  • Kantin staff T2.
  • Jewel, Rain Vortex HSBC
  • Changi City Mall untuk berburu sepatu
  • Check In V Lavender Hotel.
  • Marina Bay Sands mall
  • Gardens By The Bay
  • Jurassic Nest Food Hall


Hari Kedua, 15 Juli 2024
  • Checkout dari V Hotel Lavender
  • Checkin di Hotel 81 Rochor
  • Berbelanja di Bugis
  • Toko ABC
  • Mr Coconut
  • Kampong Glam
  • Masjid Sultan
  • Haji Lane
  • Merlion
  • Little India
  • Chinatown
  • Vivo City
  • Bola Dunia USS

Hari Ketiga, 16 Juli 2024

OTW ke Changi dari 81 Rochor

Realisasi berdasarkan itinerary

Kelihatannya banyak ga sih itinerary yang saya buat? Apalagi itin hari kedua itu rasanya memang padat banget.

Well, kenyataannya memang sekitar 30 persen dari itinerary yang dibuat tidak bisa terlaksana, yaitu kantin staff Terminal 2 Changi (alasannya di sini Akhirnya, Singapore). Changi City pun gagal karena sudah terlalu lelah. Untuk Jurassic Nest Food Hall juga tidak bisa. 

Gara-gara pesawat delay itulah kami sampai di Singapura juga menjadi lebih lambat. Dengan perbedaan waktu 1 jam dari Indonesia dan penyesuaian segala macam, kami baru bisa ke Garden by The Bay lewat dari 20.00, sementara Jurassic Nest Food Hall tutup pukul 21.00. Bahkan dengan alasan menghindari kerumunan MRT, kami juga memutuskan menonton garden rhapsody tidak sampai kelar shownya.
pertunjukkan lampu garden rhapsody di Garden by The Bay

Di hari kedua, sebenarnya ingin sekali ke Bugis dan Masjid Sultan di pagi hari, tapi khawatir belum semua buka dan si bayi pun belum bangun hingga jam 8 padahal biasanya ia bangun pagi lho.  Mau membangungkan kok tidak tega. Akhirnya kami sekalian beres-beres dan checkout mepet. Perlu diketahui, jam checkout hotel di Singapura rata-rata di jam 11.00 bukan jam 12,00 seperti di Indonesia.

Sebetulnya check in di hotel 81 Rochor tertera pukul 15.00 namun syukurlah di sana kami dipersilahkan early check in. Entah apakah karena resepsionis yang menangani kami sama-sama orang Indonesia tapi pokoknya kami sangat bersyukur karena jadi bisa meletakkan koper terlebih dahulu. Setelah bisa masuk kamar, baru kami beranjak jalan kaki ke Bugis yang kebetulan dekat banget dari Hotel 81 Rochor.
Toko ABC di Bugis

Di kawasan Bugis, kami sempat membeli sedikit oleh-oleh seperti aneka merek cokelat di Toko ABC. Toko ini merupakan rujukan para traveller karena memang paling murah dibandingkan toko oleh-oleh sejenis. Cuman nih katanya perhatikan expired date, karena tak jarang dijual murah karena memang sudah mepet kadaluarsa.

Setelah itu kami mampir di penjaja buah segar yang ada di sebelahnya persis. Sekotak blueberry dibanderol hanya 2,5 SGD. Selain blueberry, kami juga menebus buah cherry 300 gram dengan harga 5 SGD.  Ada pula buah durian yang terkenal enak tapi saya ragu mau beli karena takut ga habis sedangkan membawa buah durian masuk hotel itu dilarang. Sekarang saya menyesal ga sempat mencicipi buah durian Singapura, hiks.
buah-buah segar yang menarik hati di kawasan Bugis, Singapura

Walaupun gagal membeli durian, ada satu gerai minuman yang sangat ingin saya coba yaitu Mr. Coconut dan untungnya sempat kemarin tuh. Menurut saya ya enak sih cuma sedikit over hype ya dan harganya (jika di-kurs) cukup mahal, varian original dengan topping nata de coco aja 5,6 SGD. Hmm, untuk sebuah experience boleh saja sih.
Mr Coconut di Bugis

Nah, dari Bugis, suami berencana mengajak kami naik bus ke Chinatown tapi Singapore saat itu sangat panas dan sakit di kaki pak suami kambuh. Ya sudah ga mau memaksakan diri akhirnya balik deh ke hotel. Baru agak sore kami ke Chinatown, Merlion dan Mustafa Centre. Chinatown pakai MRT, untuk dua destinasi selanjutnya kami tempuh via bus. Jika dibandingkan naik MRT, saya pilih naik bus sih karena bisa menikmati pemandangan kota.

Nah buat teman-teman yang ke Singapura pertama kali, ada baiknya memilih bus kota ketimbang MRT karena untuk naik MRT kita harus masuk ke dalam bawah tanah yang tak jarang harus cukup jauh berjalan.

Soal rute, kami menggunakan Google Map untuk panduan. Begitu juga tiap halte dan stasiun MRT pasti ada peta. Kalau masih bingung boleh bertanya kepada siapa saja yang kita temui di perjalanan juga ga masalah kok pasti semua mau jawab. Meski orang Singapura terkenal kurang ramah tapi menurut saya mereka hanya tidak suka basa basi dan lebih tegas dibanding orang Indonesia, tapi ga jahat-jahat kok.
Berburu souvenir di Chinatown

Beranjak gelap, dari Merlion kami ke Mustafa Centre tapi belum sampai Mustafa Centre yang sangat luas itu suami sudah merasa kecapekan hampir pingsan katanya. Setelah rehat sebentar, kami tetap berbelanja di Mustafa Centre tapi tidak lama-lama. Dari Musatafa, sebelum kembali ke hotel 81 Rochor, kami sempatkan membungkus makan malam di Al Mubin Cafe. Di sini ramai banget dan sempat cukup lama menunggu karena makanan benar-benar dibuat langsung di tempat. Kemudian perjalanan diakhiri dengan pulang naik taksi. Ealah, masi juga ada tragedi yaitu supir taksi tidak menemukan kami menunggu di mana, sehingga dia memutar karena di daerah situ alasannya tidak boleh berhenti lama-lama apalagi teriak-teriak mencari orang. Waktu kami tanya kenapa tidak menelepon, rupanya karena berbeda negara, nomor telepon yang suami cantumkan tidak terlihat di aplikasi.

Begitu sampai hotel 81 Rochor, benar-benar kami semua kelelahan. Ya sudah deh, setelah itu praktis kami ga sempat kemana-mana lagi juga lagipula hari sudah malam. Sedih sih, apalagi waktu naik bus dari Merlion ke Mustafa Centre, sempat melihat sekilas kubah Masjid Sultan tapi gabisa mampir.

Esok paginya, meski penerbangan dijadwalkan pukul 11.05 tapi 07.00 kami langsung cuss menggunakan taxi.
sampai juga di Merlion, ikon Singapura

Review

Beberapa tempat yang tidak sempat kami datangi sebetulnya membuat hati menyesal. Pasalnya ya karena sudah sampai situ kok ga nekat sekalian. Tapi, apa daya, namanya manusia berencana, hanya Tuhan (dan kaki yang tidak fit 😁) yang menentukan. 

Sepanjang perjalanan pulang ke Indonesia, saya dan suami ngobrolin tentang kekecewaan ga sempat ke Masjid Sultan, Kampung Glam, Haji Lane, Vivo Mall dan Bola Dunia depan USS (oh ya termasuk ga jadi kulineran India makan pani puri dan gulab jamun di Little India) tapi kami ngobrolinnya sembari ketawa-ketiwi.

Mungkin kalau pergi hanya berdua bisa saja ya memaksakan diri. Namun, ada dek Ezza yang tentunya beda daya tahannya dengan orang tuanya ini. Selama total 5 hari kami pergi sebetulnya sih dek Ezza ga rewel-rewel amat. Sesekali karena kepanasan, merasa haus/ lapar atau kelelahan ya wajar saja, apalagi dia full dalam gendongan dan sama sekali tidak duduk di stroller. Nah stroller ini memang agak bikin bimbang mau dibawa atau ngga tapi akhirnya ga jadi dengan pertimbangan lebih repot dan gabisa satset karena sudah bawa koper 2 dan 2 ransel.

Yah semoga nanti kapan-kapan bisa balik lagi ke Singapura untuk mendatangi destinasi yang belum sempat kami sambangi kemarin, tentunya dengan persiapan yang lebih mantap berbekal pengalaman yang kami miliki.

Post a Comment for "Itinerary 3 hari 2 malam di Singapura"