Mlipir Sejenak Ke Kebun Teh Pagilaran Batang
Plesiran singkat dan mendadak terkadang bisa cukup memperkaya jiwa. Seperti yang saya lakukan di akhir Desember 2018 lalu.
Ceritanya, saya beserta keluarga harus meluncur ke Batang untuk menghadiri acara pernikahan saudara sepupu atau anaknya Budhe dari pihak Ibu. Berangkat pagi-pagi setelah shalat Subuh, kami memang ga berencana lama-lama di sana, dan setelah shalat Dzuhur kami pun pamit pulang.
Mobil kami waktu itu sudah penuh buah-buahan dari kebun Budhe. Ada sawo, pete, bahkan nangka yang beratnya lebih dari 10 kilogram di kursi penumpang paling belakang. Eits, ini katanya kondangan kok malah yang datang dikasi oleh-oleh ya, haha.
Kemudian di perjalanan yang baru berkisar 10 menit, mas bojo tiba-tiba menawari untuk mampir sejenak ke Kebun Teh Pagilaran, katanya mumpung sudah sampai sini nanggung kalo ga sekalian melihat Pagilaran. Oke deh, kemon let's go.
Dipandu oleh Google Map kami menuju Pagilaran. Tapi ternyata si peta online ga selalu menunjukkan jalan yang benar. Hampir saja kami terjebak di jalur yang tidak bisa dilewati mobil. Setelah bertanya kepada penduduk lokal yang ternyata ga memberikan solusi, akhirnya kendaraan putar balik dan nekat melewati jalur lain. Pokoknya pake feeling aja dah.
Ketika akhirnya mulai terlihat banyak tanaman teh di kiri dan kanan jalan, berarti kami sudah makin dekat ke target. Oh yess oh no, haha.
Trus tiba-tiba kabut mulai turun perlahan dan menyelimuti pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Ada beberapa detik kabutnya sangat tebal sampai jalan ngga kelihatan. Mobil pun harus berjalan ekstra hati-hati dan pelan supaya ga terjadi hal yang tidak diinginkan karena sesekali ada kendaraan lewat dari lawan arah.
Di sebuah pos yang dijaga beberapa orang, kami diinstruksikan untuk mendekat. Ternyata pos tersebut semacam loket masuk dan per orang dikenai biaya 5000 rupiah.
Perkebunan Pagilarang, Batang terkenal dengan kualitas teh hijaunya yang premium, bahkan produksinya tidak dipasarkan di dalam negeri tapi hanya dijual keluar negeri sampai ke Eropa.
Kemarin kami sempat melihat cerobong di pabrik masih mengeluarkan asap meski cuaca kurang bersahabat, artinya pabrik tersebut masih beroperasi. Oiya, di sekitar pabrik juga terdapat penginapan semacam homestay.
Saya pun menyempatkan selfie di Pagilaran seperti di depan teko besar bertuliskan Teh Pagilaran dan di area batu melayang. Ya tentu saya tahu kalau ini hanya ilusi optik, tapi kan lumayan buat stok foto, haha.
Karena cuaca dingin kami pun keroncongan, untungnya di sekitar lokasi wisata ini ada beberapa penjual siomay, bakso dan sosis bakar ala-ala yang lumayan lah mengisi perut. Harganya juga wajar dan ga 'nutuk' alias menipu. Orangnya pun ramah-ramah banget.
Dan buat yang mencari oleh-oleh dari Pagilaran, datangilah kios-kios setempat. Selain menjual carica dan mie instan siap seduh, mereka juga menjual teh hitam Pagilaran.
Yah begitulah cerita mlipir sejenak ke Kebun Teh Pagilarang. Sayangnya tak banyak yang kami lihat di sana, karena hari semakin sore dan kami harus kembali ke Semarang.
Semoga lain kali bisa kesana lagi lebih lama ya. Aamiin
17 comments for "Mlipir Sejenak Ke Kebun Teh Pagilaran Batang"
Btw kujadi kangen kebun teh Tambi di Wonosobo :)